MOMENT TERINDAH
Aku, si gadis yang selalu ingin dikatakan manis dalam segala hal, dan terkenal dengan kepolosan yang masih tanda tanya bagi semua orang. Tetapi bagiku, aku adalah si gadis yang penuh kebingungan dalam segala hal. Baik dalam pekerjaan atau pun tentang cinta. Bagiku sih cinta itu hanya sekedar permainan. Karna selama ini itu yang ku alami, banyak fans terkadang membuatku menjadi si gadis yang besar kepala, ya itulah cerita singkat tentang diriku. Hari ini cuaca indah tak mendukung semangatku untuk melakukan semua yang seharusnya ku lakukan.
Hmm, Suasana baru dalam kehidupan kecilku akan ku lewati dengan semangat yang bisa dikatakan belum terisi penuh. Ternyata suasana dalam lingkungan baru ku penuh dengan teka-teki yang akan dimulai untuk dijawab. Tujuan dan tekad ku untuk menjadi seperti garam dan terang dunia akan ku mulai ditempat ini, ya bisa dikatakan tempat yang penuh dilema. Hari ini ku kumpulkan semua kekuatan ku untuk menjadi seperti pelayaan di rumah makan. Memang hal ini sangat menjengkelkan untuk dilakukan tapi inilah awal dari teka-teki untuk dipecahkan dan awal dari sebuah perjuangan ku. Sebelumnya aku masih seperti putri malu yang daunnya tetap tertutup jika disentuh, tetapi sekarang aku harus memiliki tekad untuk menjadi sebuah kaktus indah yang tak mudah untuk disentuh tapi saat dilihat sangat menarik dan menawan.
Semangat ku bagaikan kertas yang siap diterbangkan oleh angin, dan garis pada bibirku tidak terlukis diwajah manis ku hingga aku terlihat seperti gadis yang pemarah, etttssszzz jangan salah aku ini si gadis ceria. Ku pandangi semua orang yang ada dimeja makan dan mereka makan sangat lahap, “dek, minta tolong ambilkan nasi” sahut seseorang yang membangunkan lamunan ku, dengan cepat aku mengubah arah tubuhku untuk mengambil si kumpulan putih itu. Saat aku melangkah maju tak sengaja aku menabrak tubuh seseorang yang sedang membawa kuah kuning “aduh, maaf.….maaf” kata ku dengan nada kelelahan “ia gak papa dek” jawabnya sambil memperhatikan noda dilengan bajuku. Aku tak mempedulikannya lagi karena aku harus melanjutkan misi ku yang berperan sebagai pelayan. Pekerjaan ini sangat menjengkelkan, aku bagaikan upik abu dalam dongeng anak-anak. Aku berharap aku menjadi upik abu yang akan bertemu seorang pangeran yang menjadikan ku sosok putri yang menawan hati setiap orang yang melihat ku. Oh itu hanyalah impian siang yang tidak mungkin tercapai. Sepertinya aku mulai dapat beradaptasi dengan pekerjaan ini, namun aku mendengar suara “dek ayo naik ke atas, rendam dulu pakaian mu. Nanti susah di cuci, lihat aku uda rendam pakaianku”. Aku hanya dapat tersenyum kebingungan melihat wajah seseorang yang mengatakan itu. “oh ia kak, gak papa pasti bisa bersih kak” jawab ku. Aku memanggilnya dengan sebutan kakak karena dia adalah kakak tingkat ku, tapi aku tidak tahu dia semester berapa dan namanya siapa dan aku pun juga tidak mau tahu tentangnya. Tak terasa waktu terus berjalan dan mengubah segalanya. Kini pekerjaan sebagai pelayan dapur telah selesai ku lakukan, dan ku tarik napas panjang dan ku kumpulkan seluruh semangat ku untuk melewati anak tangga menuju rumah baru ku. Tak berpikir panjang aku mengingat pesannya untuk segera mencuci pakaian yang tertumpah noda kuning. “cie Hanaya… bajunya gak usah dipandangin tapi di cuci, ehem seperti kisah-kisah di film aja ya” ledekan selvi. “ih aneh, biasa aja. Alah Cuma ketumpahan kuah aja. Lebay, siapa yang mandangi baju… jelas aku lagi mikir gimana hilangin nodanya habisnya gak ada pemutih pakaian” jawab ku dengan wajah kebingungan. “masa sih, hati-hati ya jaga hati” sahut selvi. “ia selvi, aku loh orangnya setia jadi jones, tak usah khawatir. Ini hanya ketumpahan kuah biasa gak ada yang perlu di perbincangkan” jawab ku. “tan, siapa tauh aja ini cara Tuhan, kakak itu lumayan loh intan. Pokoknya aneh ya, kalau gak salah ini sama seperti cerita kita tadi malam, Cuma bedanya ini ketumpahan kuah kalau cerita kita kan kejatuhan buku. Tapi intinya tabrakan tanpa di sengaja. Cie…. Cie” gurauan Selvi yang membuatku terdiam.
Namun, aku masih bingung apakah ada sesuatu di balik noda ini? Apakah ini awal dari cerita baru ku? Dan apakah dia akan menjadi pemeran utama dalam cerita baruku? Dan seberapa banyak teka-teki yang aku pecahkan? Hal ini menjadi pertanyaan besar dalam pikiran ku.
Hmm, Suasana baru dalam kehidupan kecilku akan ku lewati dengan semangat yang bisa dikatakan belum terisi penuh. Ternyata suasana dalam lingkungan baru ku penuh dengan teka-teki yang akan dimulai untuk dijawab. Tujuan dan tekad ku untuk menjadi seperti garam dan terang dunia akan ku mulai ditempat ini, ya bisa dikatakan tempat yang penuh dilema. Hari ini ku kumpulkan semua kekuatan ku untuk menjadi seperti pelayaan di rumah makan. Memang hal ini sangat menjengkelkan untuk dilakukan tapi inilah awal dari teka-teki untuk dipecahkan dan awal dari sebuah perjuangan ku. Sebelumnya aku masih seperti putri malu yang daunnya tetap tertutup jika disentuh, tetapi sekarang aku harus memiliki tekad untuk menjadi sebuah kaktus indah yang tak mudah untuk disentuh tapi saat dilihat sangat menarik dan menawan.
Semangat ku bagaikan kertas yang siap diterbangkan oleh angin, dan garis pada bibirku tidak terlukis diwajah manis ku hingga aku terlihat seperti gadis yang pemarah, etttssszzz jangan salah aku ini si gadis ceria. Ku pandangi semua orang yang ada dimeja makan dan mereka makan sangat lahap, “dek, minta tolong ambilkan nasi” sahut seseorang yang membangunkan lamunan ku, dengan cepat aku mengubah arah tubuhku untuk mengambil si kumpulan putih itu. Saat aku melangkah maju tak sengaja aku menabrak tubuh seseorang yang sedang membawa kuah kuning “aduh, maaf.….maaf” kata ku dengan nada kelelahan “ia gak papa dek” jawabnya sambil memperhatikan noda dilengan bajuku. Aku tak mempedulikannya lagi karena aku harus melanjutkan misi ku yang berperan sebagai pelayan. Pekerjaan ini sangat menjengkelkan, aku bagaikan upik abu dalam dongeng anak-anak. Aku berharap aku menjadi upik abu yang akan bertemu seorang pangeran yang menjadikan ku sosok putri yang menawan hati setiap orang yang melihat ku. Oh itu hanyalah impian siang yang tidak mungkin tercapai. Sepertinya aku mulai dapat beradaptasi dengan pekerjaan ini, namun aku mendengar suara “dek ayo naik ke atas, rendam dulu pakaian mu. Nanti susah di cuci, lihat aku uda rendam pakaianku”. Aku hanya dapat tersenyum kebingungan melihat wajah seseorang yang mengatakan itu. “oh ia kak, gak papa pasti bisa bersih kak” jawab ku. Aku memanggilnya dengan sebutan kakak karena dia adalah kakak tingkat ku, tapi aku tidak tahu dia semester berapa dan namanya siapa dan aku pun juga tidak mau tahu tentangnya. Tak terasa waktu terus berjalan dan mengubah segalanya. Kini pekerjaan sebagai pelayan dapur telah selesai ku lakukan, dan ku tarik napas panjang dan ku kumpulkan seluruh semangat ku untuk melewati anak tangga menuju rumah baru ku. Tak berpikir panjang aku mengingat pesannya untuk segera mencuci pakaian yang tertumpah noda kuning. “cie Hanaya… bajunya gak usah dipandangin tapi di cuci, ehem seperti kisah-kisah di film aja ya” ledekan selvi. “ih aneh, biasa aja. Alah Cuma ketumpahan kuah aja. Lebay, siapa yang mandangi baju… jelas aku lagi mikir gimana hilangin nodanya habisnya gak ada pemutih pakaian” jawab ku dengan wajah kebingungan. “masa sih, hati-hati ya jaga hati” sahut selvi. “ia selvi, aku loh orangnya setia jadi jones, tak usah khawatir. Ini hanya ketumpahan kuah biasa gak ada yang perlu di perbincangkan” jawab ku. “tan, siapa tauh aja ini cara Tuhan, kakak itu lumayan loh intan. Pokoknya aneh ya, kalau gak salah ini sama seperti cerita kita tadi malam, Cuma bedanya ini ketumpahan kuah kalau cerita kita kan kejatuhan buku. Tapi intinya tabrakan tanpa di sengaja. Cie…. Cie” gurauan Selvi yang membuatku terdiam.
Namun, aku masih bingung apakah ada sesuatu di balik noda ini? Apakah ini awal dari cerita baru ku? Dan apakah dia akan menjadi pemeran utama dalam cerita baruku? Dan seberapa banyak teka-teki yang aku pecahkan? Hal ini menjadi pertanyaan besar dalam pikiran ku.