Search This Blog

Monday, April 25, 2016

CCR | HARUSKAH AKU MEMAAFKANMU???

HARUSKAH AKU MEMAAFKANMU???

Cinta….

Aku memiliki segalanya terutama cinta


Bagiku cinta itu adalah kasih yang tiada batas


Cinta itu bagaikan air yang selalu ada


indah bagaikan mentari


dan selalu dipuja bagaikan dewa


saat cahaya mentari menyentuh sang air


Berlian yang indah dan berharga


Tak dapat disaingi oleh kilauannya


     Cinta itu kutaruh padanya, si pria tampan dan berperawakan tinggi yang ku besarkan dengan penuh cinta. Pria itu adalah anakku yang kubesarkan saat wanita yang kucintai pergi untuk selama-lamanya meningalkan ku dengan buah dari cinta kami. Tidak salah aku begitu mencintainya karna dirinyalah harta yang sesunguhnya yang kumiliki. Apa gunanya aku memiliki harta berlimpah yang hanya berupa benda bisu  yang tak dapat mengerti diriku yang lemah ini. Tetapi harta yang berharga itu adalah anakku yang ku cintai risdian utama. Nama itu adalah nama gabungan kami yaitu nama (Faris) dan sosok wanita yang sekarang memperhatikanku disurga (Dian), tak salah aku memberi nama itu untuknya karna sifatnya yang penuh kepedulian terhadap sesama mirip dengan Dian, ibunya.

     Segalanya yang ku punyai dan hasil kerja kerasku hanya untuknya. Tak terasa si rambut putih hampir memenuhi semua kepalaku yang menandakan umurku sudah lanjut usia, dan anakku Risdian sudah tumbuh menjadi sosok pria hebat dan di kagumi oleh banyak wanita. Kehebatannya itu sudah terlihat dari sejak dia kecil, dia tak pernah mengecewakanku baik nilai-nilai yang di perolehnya dan tingkah lakunya. Dia sangat persis dengan ku, baik kehebatan dalam berbisnis dan sifat dinginnya terhadap wanita yang sangat mengaguminya. Begitu banyak wanita yang menyukainya tetapi belum terlihat dari dirinya bahwa ada yang mengisi kekosongan di ruang hatinya.

“papa….” Sahutnya sambil membangunkan lamunan ku. “ha... ia sayang” kataku dengan nada sedikit terkejut.

“haha… ekspresi papa kalau lagi terkejut gitu sangat lucu, papa lagi lamunin apa? Lamunin pengganti mama ya? Hahha” jawabnya dengan nada gurauan.

     “ya, enggak lah, papa lagi mikirin kamu kapan nikahnya, rambut papa uda putih semua dan seumur dengan papa seharusnya dipanggil opa” jawab ku dengan nada serius. “ adu papa, supaya papa gak pusing dan banyak beban pikiran… aku sekarang manggil papa itu opa. Opa, risdian pergi kekantor dulu ya. Da…da..” jawabnya sambil berjalan menuju mobil yang tak jauh dari pandanganku. “ Risdian papa akan carikan kamu sosok wanita yang dapat membuatmu luluh, dan kamu pasti menyukainya”. “ ok ok opa, selera  kitakan sama,, atur aja” jawabnya. Tanpa berpikir panjang aku mengingat Irvan teman lamaku, bahwa dia mempunyai anak perempuan dan anaknya itu sangat terkenal karna peras dan tingkah lakunya, kuambil telfon genggamku dan kuhubungi teman seperjuanganku dulu yaitu Irvan. Tak ku sangka aku mendapatkan jawaban yang begitu menyentak hati bahwa anak perempuannya belum menikah. Tak berpikir lama aku mengajak Irvan untuk bertemu besok dan membicarakan apakah dia mau menjodohkan anaknya dengan anak ku. Kabar baik ini kusampaikan pada Risdian agar dia meluangkan waktunya untuk esok supaya dia bertemu dengan gadis yang akan menjadi pendamping hidupnya.


     Hari ini adalah hari dimana anak ku akan bertemu calon pendmpingnya, aku berharap dia menyukainya. Tak lama kami menunggu, sahabat lama ku datang dengan mengandeng gadis yang sangat cantik, “papa apakah itu dia?  Dia sungguh cantik.” Mendengar pernytaan risdian hatiku luluh lanta tak ku sangka impian ku sebentar lagi akan terwujud. “ hai bro, sudah lama kita tak berjumpa”. Katanya sambil memeluk ku

“apakah ini anakmu? Cantik sekali. Ini Hanna kan?”

     “ia om.” Sahut gadis cantik itu. Perbincangan selalu terjadi hingga keakraban itu sungguh terlihat. Si waktu yang tak pernah lelah untuk berputar memutuskan pembicaraan kami, dan sepertinya mereka berdua  saling menyukai terlihat dari sorot mata yang begitu berbinar, melihat seperti ini mengingatkanku akan kisah lama bersama ibunya. Siwaktu akan menyuruh kami untuk pulang dan tak berapa lama kami berpisah. Sesampainya dirumah ku lihat wajah anak ku memancarkan kebahagiaan karna berjumpa dengan sosok pujaan hatinya. Dengan bahagia ia akatakan baahwa dia ingin menjadikannya sebagai pendamping hidupnya, tak ku sangka aku melihat cinta pandangan pertama. “ nak, kalau kamu mau bersama Hana, sayangilah Hana setulus hati mu. Papa sudah tua, dan papa tidak bisa melanjutkan perusahaan. Papa beri semuanya yang papa miliki untuk mu, baiklah kamu mengelolanya dengan baik. Tetapi satu pesan papa jangan perna jual rumah ini, karna rumah ini penuh kenangan dan papa pun tidak rela kalau rumah ini di miliki orang lain” pinta ku padanya


 “ok pa aku janji” jawabnya.


     Semenjak pertemuan itu Risdian dan Hana semakin akrab, dan hubngan berada sudah sangat dekat hingga Risdian memutuskan untuk menikah dengan Hana, mendengar pernyataan Risdian aku sangat bahagia. Dan Risdian akan menikah sebulan lagi. Semuanya kusambut dengan baik karena aku mencitai anakku.


     Ini adalah hari ha pernikahan anakku, dia sangat terlihat tampan dan Hanna sangan cantik, amalam ini rembulan ikut tersenyum melihat pernikah mereka berdua. Slesainya pernikahan Risdia mengatakan hal yang membuatku sontak sedih, ia ingin berpisah dengan ku, ia tidak ingin tinggal bersamaku. Tetapi itu memang harus ku lakukan, mereka memang harus memulai kehidupan baru. Dan aku juga tetap tinggal di rumah indah ini, mungkin kenangan dirumah ini dapat mengobati rasa kesepianku saat Risdian tidak bersama ku lagi.

Setahun kemudian…..

     Hmm, di malam yang indah ini serasa menjadi malam yang menakutkan untukku, di setiap umurku bertambah selalu ada anakku yang menemani, tetapi malam ini sangat menakutkan kini kehidupan ku bagaikan pohon tak beranting, sepi dan penuh kerinduan. Kini anakku sudah hidup berkeluarga dan bahagia bersama istrinya. Ku tunggu telfon genggam ku berbunyi namun suara yang ku tunggu tak kunjung ku dengar, hati ku  semakin pilu dan penuh kerinduan. Badan tua ini semakin lemah dan kaki tua ini sudah sulit untu melangkah, tetapi aku harus melangkah untuk beristirahat dan berdoa supaya besok anakku dan istrinya menemuiku.

Tok …tok …tok (ketukan pintu)


“ia tunggu nak, tunggu … papa akan bukakan” kataku dan ku cepatkan langkah ku


“ apa benar ini rumah pak Faris? “


“ia , benar” jawabku dengan kebingungan


“bapak harus segera keluar dari rumah ini, karna rumah ini sudah disita oleh bank”


     Aku tak bisa berkata-kata lagi, hati ku hancur. Ku rasakan sakit amat sakit anak ku tega menghianati ku, rumah indah ku dengan kenangan indah ku harus ku tinggalkan. Apa dosa ku hingga anak ku yang sangat ku cintai tega melakukan ini padaku. Aku tak tau aku harus pergi melangkahkan kaki ta ini kemana, apa yang terjadi? Seghingga anak ku tega melakukan ini padaku? Kemana dia? Apakah ini kado di hari tua ku ? dengan berat hati dan sakit, ku melangkah meninggalkan rumah indah itu, aku tak tauh aku mau melangkah kemana, aku coba untuk menghububungi anakku tetapi selalu gagal. Ada apa ini? Akhirnya ku putuskan mnghubungi Icha sekretarisku dulu dan yang sudah ku anggap sebagai anakku sendii, aku yakin dia dapat menolongku.


“Hallo, icha ini saya pak faris. Apakah saya boleh bertemu dengan mu?”


“Ya tentu saja boleh pak.” Jawabnya


     Tak beberapa lama aku menunggu Icha. Ia datang menemui ku dengan mobil merah yang pernah ku hadiakan unuknya, Icha menceritakan segalanya bagaimana kelakuan istri anakku “Hana”, ternyata anak ku salah memilih seorang istri.


     “bapak tinggal dirumah saya saja, dirumah ada papa, adik, dan suster, nanti bapak bisa dirawat oleh suster yang bekerja dirumah. Selama ini bapak sudah banyak membantu kehidupan saya, dan saya mau membentu bapak. Saya juga ikut prihatin dengan semua peristiwa yang terjadi dengan bapak. Bagaimana pun semuanya ada balasannya dari Tuhan pa, bapak bersabar saja”


“ia nak, trimakasih banyak nak”


     Tuhan tidak pernah berhenti menolong ku, melalui Icha Tuhan menunjukkan jalan. Aku tak tau bagaimana nasib anak ku. Dan rasa sakit ini sungguh menyiksa, aku tak tau apakah aku bisa memaafkannya.



No comments:

Post a Comment